Pekerja Keras vs Pekerja Cerdas
Berbicara dengan orang sudah tua (tentu yang berpengalaman), memang membawa kerugian. Kenapa rugi?? Iya jelas merasa RUGI, kenapa gak dulu-dulu ya belajarnya??! ^_^ *gregetan*
"but late is better than never. and never late is better, guys!!"
Dimulai cerita saya berkeluh kesah dengan pekerjaan yang menyita banyak waktu tetapi tidak sesuai dengan penghasilan yang saya dapat. .Jadi saya coba jabarkan perlunya KERJA CERDAS, frend!!
Kebayang gak, kerja kalo gak action "keras". Ya bisa dilihat hasilnya?Ya begitu-begitulah. ^_^
Jadi kalo g mau kerja keras, sarannya jangan kerja deh. hehe *peace*
Nah langsung aja dimulai ini contohnya ada seorang kuli mengangkut beras dengan upah Rp 1000 per karung. Dan selama 8 jam ia berhasil mengangkut 100 karung. So, ia mendapatkan Rp 100.000. Itulah hasil kerja kerasnya.
Bagaimana dengan kerja cerdas?
Tak lama, kuli itu berpikir seandainya ia bisa mengangkut lebih banyak maka upah yang didapat lebih banyak pula. So, kuli ini mencoba mengangkut 2 karung sekaligus setiap dipundaknya. Sehingga ia mampu mengangkut 200 karung banyaknya. Jadi ia mendapat upah 2 kali lipat, yakni Rp 200.000. Ia senang.
Kuli itu pun berpikir lebih keras, " Apa yang bisa saya lakukan sehingga saya bisa mengangkut lebih banyak karung beras tanpa harus banyak mengeluarkan energi?!"
Setelah beberapa hari, kuli itu mendapatkan ide. Mulai membuat troli sederhana dari beberapa potongan, 2 buah roda bekas dan palu. Keesokannya harinya, kuli itu menggunakannnya dalam satu angkut mampu membawa 4 karung beras. Jadi penghasilan kuli itu menjadi Rp400.000 setiap harinya.Dan kuli itu tak pernah puas berhenti dengan caranya yang sekarang, karena caranya hampir di ikuti kini. Sehingga ia harus mencari ide. HOW??!
Keesokan harinya ia membawa 5 karung beras sekaligus setiap angkut dan mendorong troli LEBIH CEPAT lagi. Dan menambah jam kerjanya menjadi 10 jam sehari.
Sejak troli sudah menjadi standar. Penggunaan troli tidak lagi bisa disebut sebagi kerja cerdas. Demikian halnya dengan penggunaan komputer, dulu pada masanya ketika komputer langka dan belum menjadi standar umum, komputer merupakan sebuah daya ungkit bagi penggunanya. Tapi sekarang komputer adalah peralatan standar kerja.
Demikian juga dengan Anda, apapun kerja Anda, selama Anda berkerja pada kebiasaan atau manual atau intruksi yang ada, maka seberapa pun sempurnanya Anda mengikuti standar prosedur operasi (sop) di tempat kerja Anda, sesugguhnya Anda belum melakukan kerja cerdas! karena Anda masih bekerja dengan titik tumpu standar!
Kerja keras memang lebih sulit dari kerja keras. Itulah sebabnya kenapa kerja cerdas menempati tingkatan yang lebih tinggi daripada kerja keras. Walaupun demikian, setiap orang memiliki potensi ini. ^_^
Mau tau lebih dalam tentang kerja keras dan kerja cerdas??! Ayo baca sendiri di buku "Kubik Leadership" by by Kubik Training & Consultancy diterbitkan Gramedia.
Diinspirasi buku Kubik Leadership" by by Kubik Training & Consultancy
"but late is better than never. and never late is better, guys!!"
Dimulai cerita saya berkeluh kesah dengan pekerjaan yang menyita banyak waktu tetapi tidak sesuai dengan penghasilan yang saya dapat. .Jadi saya coba jabarkan perlunya KERJA CERDAS, frend!!
Jadi kalo g mau kerja keras, sarannya jangan kerja deh. hehe *peace*
Nah langsung aja dimulai ini contohnya ada seorang kuli mengangkut beras dengan upah Rp 1000 per karung. Dan selama 8 jam ia berhasil mengangkut 100 karung. So, ia mendapatkan Rp 100.000. Itulah hasil kerja kerasnya.
Bagaimana dengan kerja cerdas?
Tak lama, kuli itu berpikir seandainya ia bisa mengangkut lebih banyak maka upah yang didapat lebih banyak pula. So, kuli ini mencoba mengangkut 2 karung sekaligus setiap dipundaknya. Sehingga ia mampu mengangkut 200 karung banyaknya. Jadi ia mendapat upah 2 kali lipat, yakni Rp 200.000. Ia senang.
Kuli itu pun berpikir lebih keras, " Apa yang bisa saya lakukan sehingga saya bisa mengangkut lebih banyak karung beras tanpa harus banyak mengeluarkan energi?!"
Setelah beberapa hari, kuli itu mendapatkan ide. Mulai membuat troli sederhana dari beberapa potongan, 2 buah roda bekas dan palu. Keesokannya harinya, kuli itu menggunakannnya dalam satu angkut mampu membawa 4 karung beras. Jadi penghasilan kuli itu menjadi Rp400.000 setiap harinya.Dan kuli itu tak pernah puas berhenti dengan caranya yang sekarang, karena caranya hampir di ikuti kini. Sehingga ia harus mencari ide. HOW??!
Keesokan harinya ia membawa 5 karung beras sekaligus setiap angkut dan mendorong troli LEBIH CEPAT lagi. Dan menambah jam kerjanya menjadi 10 jam sehari.
Sejak troli sudah menjadi standar. Penggunaan troli tidak lagi bisa disebut sebagi kerja cerdas. Demikian halnya dengan penggunaan komputer, dulu pada masanya ketika komputer langka dan belum menjadi standar umum, komputer merupakan sebuah daya ungkit bagi penggunanya. Tapi sekarang komputer adalah peralatan standar kerja.
Demikian juga dengan Anda, apapun kerja Anda, selama Anda berkerja pada kebiasaan atau manual atau intruksi yang ada, maka seberapa pun sempurnanya Anda mengikuti standar prosedur operasi (sop) di tempat kerja Anda, sesugguhnya Anda belum melakukan kerja cerdas! karena Anda masih bekerja dengan titik tumpu standar!
Kerja keras memang lebih sulit dari kerja keras. Itulah sebabnya kenapa kerja cerdas menempati tingkatan yang lebih tinggi daripada kerja keras. Walaupun demikian, setiap orang memiliki potensi ini. ^_^
Mau tau lebih dalam tentang kerja keras dan kerja cerdas??! Ayo baca sendiri di buku "Kubik Leadership" by by Kubik Training & Consultancy diterbitkan Gramedia.
Diinspirasi buku Kubik Leadership" by by Kubik Training & Consultancy
Komentar
Posting Komentar